Cara Menghitung BEP dengan Mudah dan Manfaatnya untuk Bisnis
Dalam dunia bisnis, perhitungan akan Break Even Point atau biasa disingkat BEP sudah menjadi hal yang wajib untuk dilakukan. Sebab, ada banyak manfaat yang bisa dilakukan dengan mengetahui nilai BEP dari suatu bisnis, khususnya bagi para pemilik bisnis maupun mereka yang ingin berinvestasi. Sebelum kita membahas tentang manfaat dari mengetahui BEP dari suatu bisnis, kita akan mengupas lebih dalam lagi tentang BEP, mulai dari definisi dari BEP itu sendiri hingga jenis-jenis BEP serta cara menghitungnya.
Apa itu BEP?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, BEP merupakan singkatan dari Break Even Point yang berasal dari Bahasa Inggris dan memiliki arti titik impas atau masyarakat kita sering menyebutnya dengan istilah balik modal. Berdasarkan arti katanya tersebut, BEP bisa diartikan sebagai titik di mana bisnis yang sedang dijalankan mengalami hal yang disebut balik modal atau kembali modal. Itu artinya, keuntungan yang dicapai sudah mencapai nilai yang setara dengan modal yang telah digelontorkan untuk menjalankan bisnis tersebut. Itulah sebabnya disebutkan di atas bahwa informasi tentang BEP sebuah bisnis sangat penting, khususnya bagi investor, karena hal utama yang ingin diketahui oleh para investor pada umumnya adalah tentang kapan modal yang mereka investasikan akan kembali pada mereka sebelum akhirnya mereka bisa menikmati hasil dari investasi tersebut.
Apa saja jenis BEP?
Secara umum, BEP atau Break Even Point memiliki 2 jenis, yaitu BEP Unit dan BEP Nominal (Rupiah). Kedua jenis BEP tersebut dibagi berdasarkan satuan yang digunakan untuk menggambarkan tentang pencapaian yang harus dicapai untuk mencapai BEP. Berdasarkan namanya, BEP Unit menggunakan satuan unit atau biasa kita sebut jumlah item atau produk yang terjual, sedangkan BEP Nominal menggunakan satuan mata uang (untuk Indonesia, tentu saja menggunakan mata uang Rupiah). Masing-masing dari kedua jenis BEP ini tentunya memiliki perhitungan yang berbeda dan masalah ingin menggunakan jenis BEP yang mana, semua itu tergantung pada yang melakukan penghitungan atau mereka yang butuh disajikan data BEP dari sebuah bisnis, walaupun kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan jenis BEP Unit karena memiliki penghitungan yang sedikit lebih sederhana.
Cara menghitung BEP
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, BEP memiliki 2 jenis, yaitu BEP Unit dan BEP Nominal, dan masing-masing jenis memiliki rumus atau penghitungannya tersendiri. Untuk BEP Unit, rumus yang digunakan adalah:
BEP Unit = Biaya Tetap/(Harga Per Unit - Biaya Variabel Per Unit)
Sedangkan, untuk BEP Nominal (Rupiah), rumus yang digunakan adalah:
BEP Nominal (Rupiah) = Biaya Tetap/((Harga Per Unit - Biaya VariabelPer Unit)/Harga Per Unit)
Keterangan:
Biaya Tetap (Fixed Cost): Biaya yang digunakan untuk beragam pengeluaran yang harus dibayar dalam segala kondisi. Itu artinya, biaya ini tidak ada sangkut pautnya dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dari setiap produk yang diproduksi. Contoh dari biaya tetap adalah seperti gaji pegawai, biaya sewa tempat, biaya listrik, dan lain sebagainya.
Biaya Variabel Per Unit: Biaya yang digunakan untuk proses produksi dari setiap produk yang diproduksi, seperti biaya pembelian bahan mentah, biaya operasional produksi, biaya kemasan, biaya pengepakan, dan lain sebagainya.
Harga Per Unit: Harga jual dari produk yang dijual oleh bisnis kita.
Simulasi penghitungan BEP
Setelah kita mengetahui tentang apa itu BEP atau Break Even Point, jenis-jenisnya, serta rumus untuk menghitung masing-masing jenis BEP, maka kita akan mencoba untuk membuat simulasi penghitungan BEP untuk sebuah bisnis. Dalam hal ini, kita akan menghitung BEP dari sebuah bisnis konveksi seorang pengusaha yang kita sebut saja namanya Pak Dudung.
Untuk menjalankan operasional bisnisnya, Pak Dudung menyewa sebuah rumah untuk ia jadikan kantor + workshop dengan biaya sewa Rp10 juta per bulan. Ia mempekerjakan 10 pegawai yang masing-masing ia gaji Rp3 juta per bulan dan ia sendiri “menggaji” dirinya sebagai direktur utama sebesar Rp10 juta per bulan. Masing-masing dari 10 mesin jahit yang dioperasikan di bisnisnya memiliki penyusutan sebesar Rp500.000 per bulan. Dari beragam informasi tersebut maka didapatlah biaya tetap sebesar Rp10.000.000 + (10 x Rp3.000.000) + Rp10.000.000 + (10 x Rp500.000) = Rp10.000.000 + Rp30.000.000 + Rp10.000.000 + Rp5.000.000 = Rp55.000.000
Sedangkan, untuk memproduksi setiap kaos yang ia jual, Pak Dudung membutuhkan bahan mentah (kain) senilai Rp20.000 dan biaya lain-lain sebesar Rp5.000, sehingga didapatkanlah biaya variabel sebesar Rp20.000 + Rp5.000 = Rp25.000. Setiap kaos yang ia produksi dijual dengan harga Rp50.000 dan nominal inilah yang menjadi harga per unit dalam bisnis ini. Oleh karena itu, BEP dari bisnis konveksi Pak Dudung bisa dihitung sebagai berikut:
BEP Unit = Rp55.000.000/(Rp50.000 - Rp25.000) = Rp55.000.000/Rp25.000 = 2.200 Unit
Jadi, BEP Unit untuk bisnis Pak Dudung per bulannya adalah 2.200 Unit. Itu artinya, untuk mencapai BEP atau balik modal, bisnis konveksi Pak Dudung perlu menjual 2.200 unit kaos yang ia produksi. Jika penjualan di bulan tersebut sudah melebihi 2.200 unit, maka keuntungan yang didapat murni menjadi keuntungan perusahaan.
BEP Nominal (Rupiah) = Rp55.000.000/((Rp50.000 - Rp25.000)/Rp50.000) = Rp55.000.000/(Rp25.000/Rp50.000) = Rp55.000.000/0.5 = Rp110.000.000
Jadi, BEP Nominal (Rupiah) untuk bisnis Pak Dudung per bulannya adalah Rp110.000.000. Itu artinya, untuk mencapai BEP atau balik modal, bisnis konveksi Pak Dudung harus meraih nilai omzet atau penjualan kotor sebesar Rp110.000.000. Jika omzet bisnis Pak Dudung sudah melebihi nilai tersebut, maka perusahaan tersebut bisa dibilang sudah profit atau mendapat keuntungan dari bisnisnya.
Manfaat BEP
Kita sudah melakukansimulasi penghitungan BEP, baik itu BEP Unit maupun BEP Nominal (Rupiah). Sekarang, apa saja manfaat dari penghitungan BEP tersebut? Berikut adalah 7 manfaatnya:
1. Untuk menentukan target penjualan saat perencanaan
2. Untuk menentukan target keuntungan yang diharapkan
3. Untuk mengevaluasi apakah bisnis kita untung atau rugi setelah periode yang dihitung BEPnya berakhir
4. Untuk menentukan biaya produksi yang ideal untuk bisnis kita
5. Untuk menentukan harga jual yang ideal dari produk-produk yang kita jual
6. Untuk menentukan budget marketing yang dibutuhkan
7. Sebagai media untuk meyakinkan para investor
Itulah pembahasan tentang cara menghitung BEP dengan mudah dan manfaatnya untuk bisnis. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Namun, jika Anda butuh jasa konsultan keuangan untuk menghitung beragam pengeluaran dan pendapatan pada bisnis Anda serta membuat pembukuan secara tepat dan akurat, maka Anda bisa menyerahkan pada ahlinya seperti FR ConsultantIndonesia.