Neraca Keuangan Sebagai Pondasi Perusahaan
Kamis, 23 April 2020
Edit
Neraca Keuangan Sebagai Pondasi Perusahaan
Keuangan berperan besar dalam membangun sebuah bisnis. Bagi sebuah perusahaan, neraca keuangan yang sehat bisa menjadi salah satu modal utama bagi perusahaan, untuk bisa berjalan dengan baik. Neraca yang sehat ibaratkan sebuah pondasi atau rangka pada sebuah bangunan, semakin kuat dan kokoh rangka yang dimiliki, maka akan semakin kuat dan kokoh pula bangunan tersebut berdiri.
Neraca keuangan yang sehat akan sangat berarti dalam menopang perkembangan dan kegiatan bisnis dalam perusahaan tersebut. Aset yang kokoh dan variatif, ditambah liabilitas yang rendah, akan mendukung ekuitas yang baik dalam sebuah perusahaan, sehingga dapat menyenangkan para shareholders.
Apa arti Neraca Keuangan?
Dalam ranah akuntansi, neraca keuangan adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan, yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi, yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan tersebut pada akhir periode yang ditentukan.
Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset (aktiva), liabilitas (kewajiban), dan ekuitas (modal), yang dihubungkan dengan persamaan akuntansi seperti berikut:
Aset = Liabilitas + Ekuitas
Klasifikasi Aset/Aktiva
Liabilitas merupakan kewajiban berjalan suatu perusahaan, untuk mentransfer aset atau menyediakan jasa kepada perusahaan lain di masa depan (hutang), sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lampau.
Selanjutnya adalah ekuitas, yang merupakan kepentingan residu dalam aktiva sebuah perusahaan, setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya. Ekuitas kerap disebut sebagai modal karena menjadi kepentingan kepemilikan. Prive juga terkadang dilakukan dalam upaya penghitungan modal, yaitu pengambilan dana oleh pemilik perusahaan untuk keperluan pribadi.
Neraca keuangan atau yang juga bisa disebut balance sheet, menyajikan informasi letak sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan, untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi. Laporan jenis ini bisa disiapkan setiap bulan, sesuai kebutuhan internal perusahaan, baik secara triwulan, caturwulan, atau tahunan. Khusus untuk perusahaan terbuka (TBK), diwajibkan untuk mempublikasikan neraca mereka setiap tahun.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan pernyataan standar akuntansi keuangan no. 1 tentang neraca. Beberapa yang penting di antaranya:
- Perusahaan menyajikan data aset lancar terpisah dari aset tidak lancar. Aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas.
- Penjabaran kewajiban jangka pendek, dipisahkan dari kewajiban jangka panjang, kecuali untuk industri tertentu, seperti diatur dalam PSAK khusus. Semua kewajiban didaftar menurut urutan jatuh tempo.
- Perusahaan harus mengungkapkan informasi jumlah tiap aset yang akan diterima dan kewajiban yang dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.
- Apabila perusahaan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perusahaan yang dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar serta kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang bermanfaat dengan membedakan aset bersih sebagai modal kerja dengan aset yang digunakan untuk operasi jangka panjang.
Semakin akurat dan rinci data yang dipaparkan dalam neraca keuangan, semakin tajam analisa dan perencanaan yang bisa dilakukan untuk memprediksi arah perusahaan secara finansial.
Mengapa Perlu Neraca Keuangan?
Neraca keuangan diperlukan untuk melakukan evaluasi tatanan yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Neraca keuangan yang baik, dapat berdampak baik pula pada sistem keuangan yang menopang beroperasinya sebuah perusahaan.
Berbicara neraca keuangan tentu tak luput dari Prinsip Akuntansi Indonesia, yang di antaranya adalah sebagai berikut:
- Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
- Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
- Memberikan informasi yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
- Memberikan informasi penting lain mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti aktivitas pembiayaan dan investasi.
- Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan.
Sementara kalau menurut APB (Accounting Principles Board) – badan otoritatif yang dibangun American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) pada tahun 1959 dan digantikan oleh the Financial Accounting Standards Board (FASB) tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
- Tujuan Khusus – untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).
- Tujuan Umum – memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan; sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mendapatkan laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
- Tujuan Kualitatif – sesuai APB Statements No. 4, sebagai berikut:
- Comparability – informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
- Understandability – informasi yang disajikan bukan saja penting tetapi juga harus dimengerti para pemakainya.
- Verifiability – hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.
- Neutrality – laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
- Timeliness – laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
- Comparability – informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
- Completeness – informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Salah satu pembuktian keabsahan data dalam neraca khususnya bagi perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan adalah melalui stock opname. Seperti sebuah swalayan mengelola persediaan barangnya, di mana ada ribuan jenis barang yang diperjual-belikan. Kondisi stok yang memadai menjadi vital untuk keberlangsungan bisnis dan pemenuhan kebutuhan pelanggan.
Bagaimana Cara Membuat Neraca Keuangan?
Neraca Keuangan dibuat dengan mengutip saldo akun rill, yakni akun harga atau akun aktiva dan akun liabilitas pada kertas kerja. Pada akun ekuitas, yang dikutip hanya laporan perubahan modal karena yang ditampilkan dalam neraca adalah modal akhir. Dalam kertas kerja hanya tercantum modal awal sehingga untuk akun ekuitas, Anda mengutip dari laporan perubahan modal.
Jika Anda ingin menghitung modal akhir secara mandiri, Anda dapat menghitungnya dengan cara menambah modal awal pada kertas kerja dengan laba periode itu serta mengurangkannya dengan saldo prive (pengambilan modal oleh pemilik). Namun, jika kondisi perusahaan Anda sedang mengalami kerugian, maka modal akhir dihitung dengan cara: modal awal-rugi-prive.
Kesimpulan terkait Neraca Keuangan
Jika Anda sudah paham akan pentingnya neraca keuangan dan stock opname sebagai tindakan pendukungnya, maka yang perlu Anda lakukan selanjutnya adalah melakukannya! Selain untuk kebutuhan internal, pemerintah juga sudah mengisyaratkan untuk melakukan pelaporan neraca ke depan sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan.
Akuntansi statutori merupakan pelaporan informasi keuangan dan non-keuangan yang wajib kepada institusi pemerintah. Tiap industri memiliki aturan, prinsip dan regulasinya sendiri. Prinsip-prinsip ini menentukan bagaimana transaksi keuangan harus dicatat sesuai dengan aturan dan regulasi dari institusi yang berwenang.
Di Indonesia, akuntansi statutori menggunakan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) atau PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Indonesia bersamaan dengan standar akuntansi yang diterima secara internasional, yang dikenal sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS).
Perusahaan diwajibkan mengikuti GAAP guna memberikan keyakinan kepada investor yang menggunakan informasi keuangan perusahaan dalam menentukan langkah investasinya. Hasil dari akuntansi statutori adalah sekumpulan laporan keuangan yang terdiri atas neraca keuangan, laporan laba/rugi, stock opname atau audit inventori, ekuitas pemegang saham, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Bagi Anda yang sedang ingin mencari tenaga ahli keuangan untuk mengurus neraca keuangan, payroll, akuntansi dan perpajakan perusahaan Anda, Anda bisa menghubungi kami di FR Consultant Indonesia.