Mengenal Jenis-Jenis Depresiasi Asset Tetap dan Contoh Penggunaannya
Depresiasi asset tetap adalah metode akuntansi yang digunakan untuk mengurangi nilai aset dalam jangka waktu tertentu. Hal ini penting dalam menghitung beban yang berkaitan dengan penggunaan dan penurunan nilai aset dalam laporan keuangan. Dalam artikel ini, kita akan mengenal beberapa jenis depresiasi asset tetap yang umum digunakan beserta contoh penggunaannya.
Depresiasi Garis Lurus
(Straight-Line Depreciation)
Depresiasi garis lurus adalah metode yang paling umum dan sederhana dalam menghitung penurunan nilai aset tetap. Dalam metode ini, nilai aset dikurangi secara merata selama masa manfaatnya. Contohnya, jika sebuah mesin dengan harga awal Rp 100.000.000 memiliki masa manfaat 5 tahun, maka setiap tahun nilai aset akan dikurangi sebesar Rp 20.000.000.
Depresiasi Saldo Menurun
(Declining Balance Depreciation)
Depresiasi saldo menurun adalah metode yang
mengurangi nilai aset tetap dengan persentase yang lebih besar di awal masa
manfaat dan kemudian berkurang secara eksponensial. Dalam metode ini, beban depresiasi
yang lebih tinggi terjadi pada tahun-tahun awal dan kemudian berkurang seiring
berjalannya waktu. Contohnya, jika sebuah kendaraan dengan harga awal Rp
500.000.000 memiliki tingkat depresiasi tahunan sebesar 30%, maka pada tahun
pertama, nilai aset akan dikurangi sebesar Rp 150.000.000, pada tahun kedua
sebesar Rp 105.000.000, dan seterusnya.
Depresiasi Unit Produksi (Unit of
Production Depreciation)
Depresiasi unit produksi adalah metode yang mempertimbangkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh aset untuk menentukan besaran depresiasi. Metode ini cocok untuk aset yang digunakan dalam produksi atau dengan tingkat pemakaian yang bervariasi. Contohnya, jika sebuah peralatan produksi dengan harga awal Rp 2.000.000.000 diprediksi dapat menghasilkan 100.000 unit produk, maka nilai depresiasi per unit produk adalah Rp 20.000. Setiap tahun, nilai depresiasi akan ditentukan berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan pada tahun tersebut.
Depresiasi Penurunan Nilai Pasar
(Impairment Depreciation)
Depresiasi penurunan nilai pasar terjadi ketika nilai aset tetap turun secara signifikan dibandingkan dengan perkiraan nilai aset tersebut di masa depan. Metode ini digunakan untuk mengakui penurunan nilai aset yang bersifat permanen. Contohnya, jika sebuah gedung yang dibeli dengan harga Rp 10.000.000.000 mengalami kerusakan berat akibat bencana alam dan hanya memiliki nilai pasar sebesar Rp 5.000.000.000, maka selisih antara harga beli dan nilai pasar saat ini (Rp 5.000.000.000) akan dianggap sebagai depresiasi penurunan nilai pasar.