Contoh Kasus Break Even Point - Tips dan Trik Bisnis, Pembukuan, Payroll, Pajak, Pelatihan & Software Akuntansi

Contoh Kasus Break Even Point

 Apakah anda pernah mendengar istilah BEP dalam menjalankan bisnis anda? BEP terjadi pada saat dimana biaya yang kita keluarkan dalam mengoperasikan bisnis menemui “titik impas”. Kondisi seperti ini dalam ilmu manajemen keuangan disebut dengan Break Even Point atau disingkat BEP.

Secara umum dapat dikatakan BEP adalah dimana biaya operasional yang digunakan sama besarnya dengan pendapatan yang didapat. Dalam kondisi BEP tersebut kondisi keuangan yang Anda keluarkan untuk bisnis tidak untung maupun rugi sehingga berada di posisi yang seimbang.

Pengertian Break Even Point Adalah

Secara umum masih banyak masyarakat terutama para pelaku bisnis yang berfikir BEP itu adalah Balik Modal, nyatanya balik modal dan BEP itu memiliki pengertian yang berbeda.

Dalam istilah akuntansi, balik modal bisa diartikan sebagai return of investment dimana yang dihitung adalah modal yang Anda keluarkan untuk menjalankan bisnis sehingga mampu memberikan keuntungan pada jangka waktu tertentu.

Sedikit berbeda dengan balik modal, Break Even Point lebih memerhatikan besaran biaya operasional yang dikeluarkan berdasarkan aktiva tetap dan aktiva tidak tetap.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Break Even Point atau BEP adalah titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa atau yang disebut dengan titik impas.

Konsep Break Even Point

Perhitungan atau penutupan BEP tergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya.

Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan” asumsi dasar yang digunakan dalam BEP adalah sebagai berikut :

  1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel.
  2. Biaya vaiabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.
  3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.
  4. Harga jual per-unit konstan selama periode dianalisis.
  5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
  6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk tetap.

Fungsi Perhitungan Break Even Point (BEP)

Berbeda dengan return of investment dimana berfungsi sebagai analisis seberapa efisiensi penggunaan modal yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha, analisis BEP membantu bagaimana perusahaan bisa mengefisiensikan produksinya untuk mencapai laba yang optimal.

Adapun fungsi atau tujuan perhitungan Break Even Point (BEP) sebagai berikut.

  1. Pengusaha mampu menentukan volume kapasitas produksi yang tersisa setelah BEP tercapai hal ini akan membantu perusahaan memproyeksikan laba maksimumnya.
  2. Pengusaha bisa menentukan langkah efisiensi kerja yang bisa dilakukan. Contohnya, mengurangi beban yang dianggap tidak perlu.
  3. Mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi perubahan harga produk. Hal ini karena nilai BEP dengan harga produk dan laba memiliki hubungan linier. Itu artinya jika salah satu nilai tinggi maka elemen lainnya juga tinggi.
  4. Mampu mengetahui perubahan laba sehingga perusahaan bisa mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi penurunan penjualan.
  5. Pengusaha dapat menentukan margin untuk memperoleh keuntungan.
  6. Intinya, adanya perhitungan BEP ini adalah sebagai pedoman bagi pengusaha untuk mengefisiensikan produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
Break-event-point

Komponen Penghitungan Dasar

Selain ketiga manfaat break even analysis berikut empat konsep penggunaan break even analysis yang harus Anda ketahui:

  1. Fixed cost atau biaya tetap artinya biaya tetap atau tidak berubah meskipun volume produksi berubah.
  2. Variabel cost atau biaya variabel, artinya biaya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi.
  3. Penghasilan atau revenue, merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual barang.
  4. Laba atau profit, merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan biaya variable.

Nilai pendapatan berfungsi untuk proyeksi pendapatan pada periode selanjutnya dengan nilai keuntungan dan/atau jumlah unit dan harga yang berbeda.

Cara Menghitung Break Even Point (BEP)

Ada beberapa rumus BEP yang biasa digunakan sebaga cara menghitung BEP. Berikut rumus BEP yang dapat Anda gunakan :

BEP = Biaya Tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit )

Selisih dari pengurangan harga jual per unit dan biaya variabel per unit adalah rumus dari margin kontribusi (contribution margin). Cara ini bisa digunakan untuk mengetahui titik dimana jumlah beban setara dengan jumlah biaya dan jumlah unit yang dikeluarkan.

BEP = Biaya tetap : Margin kontribusi per unit

BEP tidak hanya dapat dihitung dalam bentuk unit, jika Anda sudah mengetahui berapa banyak minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya produksi Anda dapat mengalikannya dengan biaya per unitnya.

Apabila diinginkan break even point dalam rupiah, maka dari formulasi rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya (P), sehingga :

BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit

Setelah mengetahui rumus perhitungan BEP untuk bisnis, Anda juga harus mengetahui Margin Contribution atau margin kontribusi.

Margin kontribusi dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual, dengan mengukur efek dari sales terhadap keuntungan.

Cara menghitungnya hampir sama dengan break even point :

Margin kontribusi : Total sales – Biaya variabel

Dalam menghitung margin kontribusi, hal penting yang harus perhatikan adalah biaya variabel yang dikenakan, baik relasinya dengan total biaya ataupu dengan total sales suatu perusahaan.

Dengan menggunakan margin kontribusi sebuah perusahaan dapat memisahkan biaya tetap produksinya dengan keuntungan yang didapat.

Dengan begitu perusahaan mengetahui interval harga produk yang akan dijual.

Contoh soal bep (break even point)

Berikut adalah contoh soal BEP untuk Anda coba.

Misalnya ada seorang akuntan manajer perusahaan YZX bertanggung jawab dalam operasional produksi dan persediaan stok barang ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000,- dan ingin mendapat keuntungan sebesar Rp.20.000.000,-

Penyabaran biaya yang dikeluarakan untuk operasinya adalah sebagai berikut:

Total biaya tetap = 50.000.000

Biaya variabel per unit = 30.000

Harga jual per unit = 50.000

Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000

Carilah nilai break even point terlebih dahulu pada contoh soal bep ini.

Saat nilai break even point sudah diketahui maka selanjutnya Anda dapat mengetahui juga nilai margin kontribusi.

Berikut cara menghitung BEP di persoalan ini.

Break even point = 50.000.000 : (margin kontribusi)

BEP = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)

Break even point = 50.000.000 : 20.000

BEP = 2500 Unit

Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika hanya menjual 2500 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan.

Poin penting selanjutnya bagi akuntan manajer yang mengawasi produksi adalah menghitung dalam bentuk rupiah atau mata uang lainya. Kendalanya semua biaya baik itu biaya tetap ataupun variabel harus dengan jenis mata uang.

BEP rupiah = Harga jual per unit x BEP unit

Break even point dalam rupiah = 50.000 x 2.500 unit

BEP – rupiah = Rp.125.000.000

Nah, semoga anda semakin paham setelah mempelajari contoh soal bep di atas.

Baca Juga : 8 Langkah Tepat Memulai Bisnis

Mengitung Break Even Point dan Break Even Analysis

Selanjutnya yang merupakan point penting dalam perhitungan break even point (BEP) adalah bagaimana menerapkan BEP untuk menghasilkan keuntungan yang dinginkan dengan menggunakan break even analysis.

maka N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + break even point unit

Rumus N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500

Maka N unit = 1.000 +2.500

Jumlah N unit = 3.500

Baca Juga: Solusi Simpel Menghitung Harga Pokok Penjualan Perusahaan Dagang

Dengan menggunakan korelasi dari metode BEP dan break even analysis, manajer produksi YXZ dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan ABC mendapat keuntungan yang di inginkan.

Dalam contoh kasus Perusahaan YXZ harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000.

Break Even Point berguna untuk menganalisis studi kelayakan sebuah aktivitas usaha dalam perencanaan bisnis.

Selain itu Break Even Point adalah juga berfungsi sebagai landasaan strategis penjualan misalnya penentuan harga barang, pengambilan keputusan, dan metode produksi.

Kesimpulan

BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen keuangan dimana pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk yang harus dijual atau berapa rupiah keuntungan yang harus dicapai agar berada di titik impasnya.

Hal ini tentu berguna bagi perusahaan untuk memproyeksikan langkah-langkah yang akan diambil dalam aktivitas penjualan mulai dari inovasi, variasi produk, hingga hal-hal yang bersifat operasional agar perusahaan mampu mencapai keuntungan yang optimal. Jadi inilah gunanya BEP yaitu untuk menganalisis sebuah perusahaan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel